Selasa, 13 Juni 2017

TAWAKAL DAN CINTA





IDENTITAS
Nama                           : AULIA FARIHANUM
NIM                             : 0705163068
Prodi/Sem                    : FISIKA 2/II
Fakultas                       : Sains Dan Teknologi
Perguruan Tinggi        : Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UIN-SU)
Dosen Pengampu         : Dr. Ja’far, MA.
Mata Kuliah                 : Akhlak Tasawuf
Tema                             : Tawakal dan Cinta
 

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA


A.   Tawakal

          Tawakal berasal dari bahasa Arab wakila, yakilu, wakilan, yang berarti “mempercayakan, memberi, membuang urusan, bersandar, dan bergantung,”. Dalam bahasa Indonesia, Tawakal adalah “pasrah dii kepada kehendak Allah SWT; percaya sepenuh hati kepada Allah (dalam penderitaan dan sebagainya), atau sesudah beriktiar baru berserah kepada Allah”. Tawakkal mempunyai arti menyerahkan segala perkara, ikhtiar dan usaha yang dilakukan kepada Allah Swt. serta berserah diri sepenuhnya kepada-Nya untuk mendapatkan manfaat atau menolak yang mudarat.

      Menurut Al-Ghazali gambaran orangbertawakal itu sebagai berikut :

a.       Berusaha untuk memperoleh sesuatu yang dapat memberikan manfaat kepadanya.

b.      Berusaha memelihara sesuatu yang dimilikinya dari hal-hal yang bermanfaat.

c.       Berusaha menolak dan menghindari dari hal-hal yang menimbulkan mudharat.

d.      Berusaha menghilangkan yang mudharat.



Tawakal menurut para ahli, di antaranya :

1.      Menurut Hamdun al-Qashshar berkata, “Tawakal adalah melepaskan segala apa yang dikehendaki dengan menyandarkan diri kepada Allah SWT”.

2.      Menurut Abu Ali al-Daqaq berkata, “Tawakal kepada Allah SWT memiliki tiga tingkat, yakni tawakal, taslim, dan tafwid, orang yang tawakal adalah orang yang merasa cukup dengan ilmu-Nya. Jadi, tawakal adalah permulaan, taslim sebagai pertengahan dan tafwidh adalah terakhir.

3.      Menurut Nashr al-Din al-Thusi, “Tawakal adalah mempercayakan semua urusan kepada Allah, dan keyakinan Allah memiliki kearifan dan kekuasaan untuk menjalankan segala urusan sesuai pengaturan-Nya. Tawakal bermakna bahwa setiap ornag harus mempercayai bahwa segala sesuatu selain Allah pasti berasal dari Allah, dan segala sesuatu bekerja sesuai hubungan sebab akibat.

4.      Menurut Aibn Qudamah, Tawakal ada tiga derajanya yaitu, menyerahkan diri hanya kepada Allah SWT dan selalu mengharapkan pertolongan-Nya; pasrah dan tidak bersandar kecuali hanya kepada Allah seperti seorang anak yang hanya bersandar kepadaibunya; dan tidak berpisah dengan Allah SWT dan melihat diri sendiri seperti orang mati yang posisinya seperti kepasrahan mayit di tangan orang-orang yang memandikannya. Akan tetapi, tawakal tidak menafikkan usaha, sebab usaha menjadi penting dalam islam.



B.   Cinta

      Cinta adalah perasaan tulus dari hati seseorang  yang dibarengi dengan rasa rindu dan perasaan ingin selalu dekat. Begitujuga dengan cinta kepada Allah, berarti seseorang tersebut memiliki perasaan rindu ingin selalu dekat kepada Allah SWT dengan cara apapun termasuk beribadah kepada-Nya.

      Kata cinta disebut Al-Qur’an secara berulang kali, meskipun tidak hanya dalam makna cinta kepada Allah SWT sebagaimana yang dimaksudkan oleh kaum sufi. Cinta menurut para ahli sufi, di antaranya :

1.      Menurut Junaid al-Baghdadi, Cinta adalah masuknya sifat-sifat kekasih pada sifat-sifat yang mencintai.

2.      Menurut Muhammad bin ‘Ali al-Kattani, Cinta mengutamakan yang dicintainya.

3.      Menurut Husain al-Manshur al-Hallaj, Hakikat cinta itu jika kamu berdiri bersama kekasihmu dengan menaggalkan sifat-sifatmu.

4.      Menurut Muhammad bin al-Fadhal al-Farawi, Cinta itu adalah runtuhnya semua cinta dalam hati kecuali kepada kekasih.

5.      Menurut Ibn Qudamah, Tanda cinta kepada Allah SWT adalah senantiasa berzikir kepada Allah; gemar mengasingkan diri hanya untuk bermunajat keada-Nya sepeti membaca Al-Qur’an dan tahajud; merasa rugi bila melewatkan waktu tanpa menyebut nama-Nya; dan menyayangi semua hamba Allah, mengasihi mereka dan bersikap tegas terhadap musuh-musuh-Nya.

6.      Menurut al-Ghazali,  mengutip pendapat Yahya bin Mu’az, indikator seorang hamba mencintai Allah SWT adalah mengutamakan bertemu dengan Allah daripadabertemu dengan makhluk, dan mengutamakan ibadah kepada Allah SWT daripada melayani manusia.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar