IDENTITAS
NIM
: 0705163068
Prodi/Sem
: FISIKA 2/II
Fakultas
: Sains Dan Teknologi
Perguruan
Tinggi : Universitas
Islam Negeri Sumatera Utara (UIN-SU)
Dosen
Pengampu : Dr. Ja’far, MA.
Mata
Kuliah
: Akhlak Tasawuf
Tema : Tawakal dan Cinta
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
A.
Tawakal
Tawakal berasal dari bahasa Arab wakila,
yakilu, wakilan, yang berarti “mempercayakan, memberi, membuang urusan,
bersandar, dan bergantung,”. Dalam bahasa Indonesia, Tawakal adalah “pasrah dii
kepada kehendak Allah SWT; percaya sepenuh hati kepada Allah (dalam penderitaan
dan sebagainya), atau sesudah beriktiar baru berserah kepada Allah”. Tawakkal mempunyai arti menyerahkan segala perkara, ikhtiar dan usaha
yang dilakukan kepada Allah Swt. serta berserah diri sepenuhnya kepada-Nya
untuk mendapatkan manfaat atau menolak yang mudarat.
a. Berusaha untuk
memperoleh sesuatu yang dapat memberikan manfaat kepadanya.
b. Berusaha
memelihara sesuatu yang dimilikinya dari hal-hal yang bermanfaat.
c. Berusaha
menolak dan menghindari dari hal-hal yang menimbulkan mudharat.
d. Berusaha
menghilangkan yang mudharat.
1. Menurut
Hamdun al-Qashshar berkata, “Tawakal adalah melepaskan segala apa yang
dikehendaki dengan menyandarkan diri kepada Allah SWT”.
2.
Menurut Abu Ali al-Daqaq berkata, “Tawakal kepada Allah SWT memiliki tiga
tingkat, yakni tawakal, taslim, dan tafwid, orang yang tawakal adalah orang
yang merasa cukup dengan ilmu-Nya. Jadi, tawakal adalah permulaan, taslim
sebagai pertengahan dan tafwidh adalah terakhir.
3.
Menurut Nashr al-Din al-Thusi, “Tawakal adalah mempercayakan semua urusan
kepada Allah, dan keyakinan Allah memiliki kearifan dan kekuasaan untuk
menjalankan segala urusan sesuai pengaturan-Nya. Tawakal bermakna bahwa setiap
ornag harus mempercayai bahwa segala sesuatu selain Allah pasti berasal dari
Allah, dan segala sesuatu bekerja sesuai hubungan sebab akibat.
4.
Menurut Aibn Qudamah, Tawakal ada tiga derajanya yaitu, menyerahkan diri
hanya kepada Allah SWT dan selalu mengharapkan pertolongan-Nya; pasrah dan
tidak bersandar kecuali hanya kepada Allah seperti seorang anak yang hanya
bersandar kepadaibunya; dan tidak berpisah dengan Allah SWT dan melihat diri
sendiri seperti orang mati yang posisinya seperti kepasrahan mayit di tangan
orang-orang yang memandikannya. Akan tetapi, tawakal tidak menafikkan usaha,
sebab usaha menjadi penting dalam islam.
B.
Cinta
Cinta
adalah perasaan tulus dari hati seseorang
yang dibarengi dengan rasa rindu dan perasaan ingin selalu dekat.
Begitujuga dengan cinta kepada Allah, berarti seseorang tersebut memiliki
perasaan rindu ingin selalu dekat kepada Allah SWT dengan cara apapun termasuk
beribadah kepada-Nya.
Kata cinta
disebut Al-Qur’an secara berulang kali, meskipun tidak hanya dalam makna cinta
kepada Allah SWT sebagaimana yang dimaksudkan oleh kaum sufi. Cinta menurut
para ahli sufi, di antaranya :
1. Menurut
Junaid al-Baghdadi, Cinta adalah masuknya sifat-sifat kekasih pada sifat-sifat
yang mencintai.
2. Menurut
Muhammad bin ‘Ali al-Kattani, Cinta mengutamakan yang dicintainya.
3. Menurut
Husain al-Manshur al-Hallaj, Hakikat cinta itu jika kamu berdiri bersama
kekasihmu dengan menaggalkan sifat-sifatmu.
4. Menurut
Muhammad bin al-Fadhal al-Farawi, Cinta itu adalah runtuhnya semua cinta dalam
hati kecuali kepada kekasih.
5. Menurut
Ibn Qudamah, Tanda cinta kepada Allah SWT adalah senantiasa berzikir kepada
Allah; gemar mengasingkan diri hanya untuk bermunajat keada-Nya sepeti membaca Al-Qur’an
dan tahajud; merasa rugi bila melewatkan waktu tanpa menyebut nama-Nya; dan
menyayangi semua hamba Allah, mengasihi mereka dan bersikap tegas terhadap
musuh-musuh-Nya.
6. Menurut
al-Ghazali, mengutip pendapat Yahya bin Mu’az,
indikator seorang hamba mencintai Allah SWT adalah mengutamakan bertemu dengan
Allah daripadabertemu dengan makhluk, dan mengutamakan ibadah kepada Allah SWT
daripada melayani manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar