Rabu, 29 Maret 2017

epistemologi Tasawuf


IDENTITAS
Nama                           : Aulia Farihanum
NIM                            : 0705163068
Prodi/Sem.                  : Fisika/II
Fakultas                       : Sains dan Teknologi
PerguruanTinggi          : Universitas Islam Negeri Sumatera Utara
DosenPengampu         : Dr. Ja’far, M.A
Matakuliah                  : Akhlak Tasawuf

TEMA                                    : Epistemologi Tasawuf (Peran Hati dalam Tasawuf)

BUKU 1                     : Gerbang Tasawuf (Dimensi Teoritis dan Praktis Ajaran Kaum Sufi)
IdentitasBuku            : Ja’far, GerbangTasawuf (Medan: Perdana Publishing, 2016)
Sub 1 :Peran Hati dalam Tasawuf
Didalam Al-Quran disebutkan beberapa istilah ataupun nama lain dari “Hati”, yakni dengan kata “qalb” , “al-fu’ad”, dan “af’idah”.
Menurut Ahmad Mubarok (Gerbang Tasawuf:2016,34), konsep tentang fungsi , potensi, kandungan dan kualitas hati juga tertuang dalam Al-Qur’an Q.S Al-A’raf:179 yang menjelaskan tentang hati(qalb) berfungsi sebagai “alat untuk memahami realitas dan nilai – nilai serta memutuskan suatu tindakan”. Maka kemudian di tafsirkan bahwasanya hati(qalb) identik dengan akal.
Menurut Ja’far(2016:35), di dalam Al-Qur’an dijelaskan kandungan yang terdapat dalam hati manusia , yakni
1.      Penyakit (Q.S. Ali Imran/3:151).
2.      Getaran (Q.S. Al-Anfal/8:2).
3.      Kedamaian (Q.S. Al-Fath/48:4).
4.      Keberanian (QS. Ali Imran/3:126)
5.      Cinta dan Kasih Sayang (QS. Al-Hadid/57:27)
6.      Iman (QS. Al-Hujurat/49:7)
7.      Kedengkian (QS. Al-Hasyr/59:40)
8.      Kesombongan (QS.Al-Fath/48:26)
Kemudian dijelaskan menurut pendapat mayoritas kaum sufi bahwasanya akal manusia tidak mampu mencapai hakikat Allah SWT, dan Al-Qur’an menjelaskan bahwa kelemahan akal bisa ditutupi dengan hati yang damai(Ja’far:2016,35). Seperti yang disebutkan dalam Q.S Al-Syua’ara/26:89, “Kecuali orang – orang yang menghadap Allah dengan hati yang damai”. dan Q.S Al-Shaffat/37:84, “(Ingatlah) ketika ia datang kepada Tuhannya dengan hati yang damai”. Jadi, dapat disimpulkan bahwasanya hati yang damai (bi Qalb Salim) mampu datang dan menghadap kepada Allah SWT.
Berdasarkan isi buku Gerbang Tasawuf karangan Dr. Ja’far, MA , pendapat dari salah satu kaum sufi yakni Al-Ghazali menjabarkan tentang hati yang digunakan sebagai sarana untuk menggali dan menemukan ilmu lebih dalam lagi, dengan hati mampu meraih ilmu tentang-dan menyaksikan wujud – wujud spiritual, hal – hal yang memiliki sifat rabaniyah dan hikmah , serta meraih ilmu mengenai banyak hal tanpa melalui proses belajar dan usaha, melainkan dengan ketekunan ibadah dan zuhud terhadap dunia.
Kesemua hal tentang meraih ilmu dengan hati seperti yang diungkapkan diatas, menurut Al-Ghazali, proses – proses tersebut terlaksana berkat kemampuan hati yang mampu meraih ilmu – ilmu tersebut melalui dalil yang disebut Ilham yang muncul pada hati yang suci (Ja’far:2016,38).

Kesimpulan
            Dari penjelasan tentang hati diatas, dapat saya simpulkan bahwasanya dalam proses ilmu tentang tasawuf yang berfokus pada penyucian jiwa manusia, hati sangatlah berperan penting dalam mendukung proses penyucian jiwa manusia. Hal ini berdasarkan dari kuatnya dorongan dari hati dan pengaruh hati yang sangat besar terhadap sikap dan kemauan manusia untuk dapat berfokus pada penyucian jiwa dan keseluruhan nya untuk dapat mencapai tingkatan tasawuf kaum sufi kepada level tertinggi yaitu dapat menerima ilham dari Allah SWT dengan proses pendekatan diri manusia kepada Allah SWT. sang maha kuasa.





BUKU 2                     : Tasawuf Studies (Pengantar Belajar Tasawuf)
IdentitasBuku            : Ni’am Syamsun,Tasawuf Studies(Yogyakarta:Ar-Ruzz Media, 2014)
Sub 1 : Ruang Lingkup Kajian Tasawuf(Objek Kajian Tasawuf)
Dalam buku Tasawuf Studies, peranan dan penjelasan tentang hati dalam ilmu tasawuf dijabarkan dalam BAB V dan dikategorikan sebagai objek kajian tasawuf. Objek – objek kajian tasawuf yang tertuang dalam buku ini ialah, Ar-Ruh, An-Nafs, al-Qalbu(hati), ash-shadr, al-fu’ad, dan al-lubb(Ni’am Syamsun,Tasawuf Studies:2014,88).
Menurut Ni’am(2014:76) Hati adalah gejala dari ruh, Ia mempunyai dua kekuatan , yaitu kekuatan nafsu amarah dan kekuatan nafsu muthmainnah. Nafsu amarah mendorong manusia untuk berbuat jahat, dan nafsu muthmainnah mendorong manusia untuk berbuat kebaikan(membawa kepada kesempurnaan jiwa).
Seorang tokoh sufi Khurasan, Al-Hakim at-Tarmidzi(255-320 H.), menjelaskan bahwa objek dan sasaran kajian Tasawuf terdiri dari empat tingkatan, yaitu:
1.      Ash-Shadr
Berfungsi sebagai sumber dari cahaya islam (Nur al-Islam), yaitu sikap ketundukan yang diekspresikan dalam bentuk fisik, seperti shalat, puasa, haji dan sebagainya. Ash-shadr adalah tempat penyimpanan ilmu yang menjadikan orang mampu dan mau mengerjakan aturan syariat. Diperoleh melalui mendengarkan berbagai nasihat dan membaca.
2.      Al-qalb dalam Ash-Shadr
Sumber dari cahaya keimanan (nur al-Iman). Cahaya keimanan ini bersifat konstan, tidak secara perlahan – lahan atau berangsur – angsur. Berfungsi sebagai sumber ilmu yang bermanfaat. Ilmu yang bersumber dari Al-Qalb ini lebih tinggi kualitasnya daripada ilmu yang diperoleh dari Ash-shadr karena ilmu tersebut diberikan langsung dari Allah Swt.
3.      Al-Fu’ad dalam Al-qalb
Sumber dari cahaya Makrifat. Cahaya dalam al-fuad berbeda dengan yang dimiliki dalam al-qalb, sebab cahaya dalam al-qalb hanya mampu menimbulkan ilmu tentang hakikat, sedangkan cahaya fu’ad mampu melihat realitas dari hakikat. Maka al-fuad berfungsi untuk mengetahui realitas

4.      Al-Lubb dalam al-fu’ad
Sumber dari cahaya tauhid yang merupakan basis dari ketiga cahaya sebelumnya. Cahaya tauhid inilah yang menerima rahmat dari Allah Swt
(Ni’am Syamsun:2016,76-77).

Kesimpulan
            Dari hasil keterangan dan penjabaran – penjabaran yang telah dijelaskan diatas, maka dapat saya ambil maknanya yaitu, didalam sebuah hati terdapat beberapa bagian – bagian terpenting yang sangat berperan dalam kehidupan manusia terkhusus pada proses penyerapan berbagai macam ilmu dalam tujuan nya untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah Swt. sang pencipta dan penguasa alam semesta.
            Dalam pembahasan menuju penyucian jiwa ilmu tasawuf, bagian – bagian yang terdapat dalam hati manusia sangat lah berperan penting dalam faktor yang sangat mempengaruhi proses manusia menuju tasawuf untuk menyucikan jiwa dari hal – hal yang bersifat kebinatangan.



PERBANDINGAN  :
            Dalam buku gerbang tasawuf karya Bp. Dr. Ja’far, M.A, penjelasan tentang peran hati dalam ilmu tasawuf mengambil sumber dari Al-Qur’an dan berfokus pada pendapat salah satu kaum Sufi Al-Ghazali yang menekankan pembahasan mengenai peran hati pada manusia dalam kaitannya kepada proses pemahaman ilmu yang apabila memiliki hati yang damai dan suci dapat menyerap ilmu tanpa perlu melalui proses belajar dan usaha. Dengan catatan ilham akan didapatkan hanya oleh seorang yang benar – benar suci dan damai hatinya menurut kesucian dan kedamaian yang dituangkan dalam Al-Qur’an.

Dalam buku Tasawuf Studies karangan Bp. Dr. H. Syamsun Ni’am, berfokus pada penjabaran bagian – bagian dalam hati yang sangat berperan dalam proses manusia mempelajari ilmu – ilmu khususnya tasawuf untuk tujuan pendekatan diri kepada Allah Swt. yang bersumber dari pendapat salah seorang kaum sufi lainnya dari suku Khurasan Al-Hakim at-Tarmidzi.

DAFTAR PUSTAKA
Ja’far, GerbangTasawuf (Medan: Perdana Publishing, 2016)
Ni’am Syamsun,Tasawuf Studies(Yogyakarta:Ar-Ruzz Media, 2014)

Sabtu, 25 Maret 2017

Tasawuf dalam hierarki ilmu-ilmu islam



Nama               : Aulia Farihanum
NIM                : 0705163068
Mata Kuliah    : Akhlak Tasawuf
Jurusan            : fisika II
Dosen              : Dr. Ja’far, M.A
                                                                                                 
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

Resume Materi Akhlak Tasawuf (Tasawuf dalam hierarki ilmu-ilmu Islam)

Identitas Buku yang di resume :
I .
Judul Buku      : Gerbang Tasawuf (Dimensi Teoretis dan Praktis Ajaran Kaum Sufi)
Penulis             : Dr. Ja’far, M.A
Penerbit           : Perdana Publishing
Tahun Terbit    : 2016
Tebal Buku      : 120 Halaman
II.
Judul Buku      : Akhlak Tasawuf ( Pengenalan, Pemahaman dan Pengaplikasiannya)
Penulis             : Drs. H. Ahmad Bangun Nasution, M.A
                          Dra. Hj. Royani Hanum Siregar, M.H
Penerbit           : PT. RajaGrafindo Perkasa
Tahun Terbit    : 2013
Tebal Buku      : 339 Halaman
III.
Judul Buku      : Tasawuf Studies (Pengantar Belajar Tasawuf)
Penulis             : Dr. H. Syamsun Ni’am, M.Ag
Penerbit           : Ar-Ruzz Media
Tahun Terbit    : 2014
Tebal Buku      : 236 Halaman





Materi Hasil Resume :

Tasawuf dalam hierarki ilmu-ilmu Islam
A.     Tasawuf, Hierarki Ilmu-Ilmu Islam
Dikutip dari Buku Gerbang Tasawuf  , dalam Muqqaddimah buku beliau Ibnu Khaldun telah mengulas bahawasanya tasawuf dikategorikan sebagai sebuah disiplin ilmu.
Dalam ulasan beliau, ditinjau dari segi aspek sumber,  tasawuf dikategorikan sebagai salah satu dari ilmu syariah , yakni bersumber dari syariat al-qur’an dan hadis yang tidak melibatkan akal sebagai pemikiran yang berperan dalam ilmu ini. Meskipun sekarang muncul sebagai sebuah disiplin ilmu , namun, tasawuf tetap menjadi sebuah ilmu syariat yang telah dipraktikan sejak zaman nabi muhammad saw yang pada saat itu tasawuf masih berupa bentuk ibadah semata.
Dari aspek tujuan, pelajar sufi (al-murid) harus terus meningkatkan kualitas ibadah nya guna mencapai sebuah kemantapan tauhid dan makrifat.
Dari aspek pembahasan, tasawuf membicarakan empat pokok persoalan , yaitu :
            1.      Pembahasan tentang mujahadah , zauq, introspeksi diri (muhasabah al-nafs), dan tingkatan –               tingkatan spiritual.
            2.      Penyingkapan spiritual dan hakikat – hakikat alam ghaib
            3.      Keramat wali => Bagian kewalian
            4.      Istilah – istilah kaum sufi yang diungkap secara ‘mabuk’ yaitu terbuka secara gamblang.
Menurut beliau juga seperti yang diungkapkan di buku, ajaran – ajaran tasawuf banyak mendapat penolakan dari kaum sufi sendiri yakni kaum fukaha.  Namun penolakan ini juga tidak serta merta ditujukan kepada seluruh jenis ajaran tasawuf.

Kaum sufi lainnya , yaitu Al-Taftazani, kemudian mengungkapkan , ada 2 jenis pengajaran tasawuf , yaitu :
            1.      Tasawuf sunni .
             Yaitu ajaran yang memagari pengikut nya dengan al-qur’an dan hadis.
            2.      Tasawuf Falsafi
             Aliran yang cenderung kepada ungkapan – ungkapan ganjil (syathahat), memadukan antara                 dua visi berbeda yaitu visi mistis dan visi rasional, banyak menggunakan terminologi                           filosofis, dan dipengaruhi oleh banyak ajaran filsafat.

Dalam ke-Hierarki-an nya , seperti yang dikutip dari Buku Akhlak Tasawuf, ilmu tentang akhlak tasawuf ini juga berkaitan dengan disiplin ilmu lain, yakni ilmu kalam. Dapat dilihat dari segi kemiripan makna dalam ilmu pembelajarannya yang sama – sama mempelajari tentang ilmu ketauhidan ( Ilmu Ketuhanan) dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah SWT. melalui pengajaran dan penerapan sifat – sifat ketuhanan seperti yang dipelajari kaum sufi kebanyakan.

      B.    Tujuan Mempelajari Tasawuf
             Sebagai bagian dari sebuah disiplin ilmu pengetahuan , ilmu tasawuf juga tidak terlapas dari tujuan hidup manusia yakni untuk lebih mendekatkan diri kepada allah swt. kemudian dalam al-qur’an juga ditegaskan bahwa manusia di ciptakan dengan suatu tujuan tertentu yaitu , syahadah, ibadah, khalifah, dan hasanah. Hal ini juga diperkuat dengan adanya hadis mengenai al-islam, al-iman, dan al-ihsan yang menekankan manusia untuk dituntut tidak hanya menjalankan al-islam dan al-iman saja tetapi juga merealisasikan ilmu pengajaran al-ihsan sebagai hierarki yang paling tinggi.
            Dari paparan diatas, berdasarkan tasawuf, al-qur’an dan hadis menghendaki umat islam untuk memantapkan ketauhidan dan ibadah dalam kerangka al-ihsan dan menerapkan tugas nya sebagai khalifah di muka bumi.
            Menurut perumusan yang dilakukan kaum sufi, tujuan dari tasawuf adalah untuk mencapai puncak tingkatan dalam sufi yaitu mencapai kemantapan tauhid dan makrifat . kemudian perumusan para kaum sufi ini dikuatkan pada satu point utama yang dikuatkan yakni ke makrifat. Seperti yang disebutkan dalam al-quran Surat al-Zariyat ayat 51-56 bahwa jin dan manusia diciptakan untuk liya’budun  yang di artikan Ibnu Abbas sebagai liya’rifin (Makrifat kepada Allah).
            Secara keseluruhan dapat disimpulkan, berdasarkan dari jenis tasawuf itu apa, beberapa pendapat kaum sufi, dan penguatan berdasarkan al-qur’an dan hadis, di simpulkan bahwasanya tujuan utama daripada pengajaran ilmu akhlak tasawuf adalah untuk menciptakan dan memantapkan manusia kepada akhlak yang mulia dan semakin menjadi lebih dekat dengan allah dengan kemantapan tauhid yang kuat dan sikap – sikap terpuji yang mencerminkan perilaku pendekatan kepada allah swt dan meninggalkan kehidupan keduniawian yang bersifat kearah kebinatangan.

Dalam buku gerbang tasawuf karya Bp. Dr. Ja’far, M.A ini, ilmu akhlak tasawuf yang akan dipelajari mengedepankan tentang bagaimana pengajaran – pengajaran dari ilmu kaum sufi tentang tasawuf yang sebenar nya tasawuf sendiri ialah sebuah bentuk pengajaran ilmu sufi yang mengarahkan pengikut nya untuk mendekatkan diri kepada allah dan meninggalkan hal – hal keduniawian.

KESIMPULAN TIGA BUKU:
            Dari ketiga buku yang sudah saya baca secara sekilas, ketiganya memiliki kemiripan pembahasan tentang tasawuf, bagaiamana hierarki nya dan apa tujuan mempelajari ilmu Tasawuf yang dalam hal ini berkaitan dengan akhlak Tasawuf.
            Dari segi definisi mengenai Tasawuf, ketiga buku sama – sama membahas pendefinisian Tasawuf dari segi kata – kata yang didasari oleh sifat dan ciri – ciri yang dimiliki oleh kaum sufi.
            Secara Hierarki dan kedudukan nya dalam ilmu – ilmu islam, tasawuf berada pada tingkatan pembentukan akhlak dan karakter manusia untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, yang sama – sama dijelaskan pada ketiga buku.

            Tujuan daripada Ilmu Akhlak Tasawuf sudah dipastikan dalam penjabaran ketiga buku tersebut bahwasanya bertujuan untuk membentuk sikap dan akhlak sufisme dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah SWT. dengan kemantapan ilmu ketauhidan dan makrifat tuhan.

DAFTAR PUSTAKA
,Ja’far ,Gerbang Tasawuf (Dimensi Teoretis dan Praktis Ajaran Kaum Sufi),Perdana Publishing, 2016
Ahmad Bangun Nasution,Akhlak Tasawuf ( Pengenalan, Pemahaman dan Pengaplikasiannya),PT. RajaGrafindo Perkasa,2013
Syamsun Ni’am ,Tasawuf Studies (Pengantar Belajar Tasawuf), Ar-Ruzz Media,2014

Rabu, 22 Maret 2017

tujuan mempelajari tasawuf



Nama               : Aulia Farihanum
NIM                : 0705163068
Mata Kuliah    : Akhlak Tasawuf
Jurusan            : fisika II
Dosen              : Dr. Ja’far, M.A
                                                                                                 
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

Resume Materi Akhlak Tasawuf (Tasawuf dalam hierarki ilmu-ilmu Islam)

Identitas Buku yang di resume :
I .
Judul Buku      : Gerbang Tasawuf (Dimensi Teoretis dan Praktis Ajaran Kaum Sufi)
Penulis             : Dr. Ja’far, M.A
Penerbit           : Perdana Publishing
Tahun Terbit    : 2016
Tebal Buku      : 120 Halaman
II.
Judul Buku      : Akhlak Tasawuf ( Pengenalan, Pemahaman dan Pengaplikasiannya)
Penulis             : Drs. H. Ahmad Bangun Nasution, M.A
                          Dra. Hj. Royani Hanum Siregar, M.H
Penerbit           : PT. RajaGrafindo Perkasa
Tahun Terbit    : 2013
Tebal Buku      : 339 Halaman
III.
Judul Buku      : Tasawuf Studies (Pengantar Belajar Tasawuf)
Penulis             : Dr. H. Syamsun Ni’am, M.Ag
Penerbit           : Ar-Ruzz Media
Tahun Terbit    : 2014
Tebal Buku      : 236 Halaman





Materi Hasil Resume :

Tasawuf dalam hierarki ilmu-ilmu Islam
A.     Tasawuf, Hierarki Ilmu-Ilmu Islam
Dikutip dari Buku Gerbang Tasawuf  , dalam Muqqaddimah buku beliau Ibnu Khaldun telah mengulas bahawasanya tasawuf dikategorikan sebagai sebuah disiplin ilmu.
Dalam ulasan beliau, ditinjau dari segi aspek sumber,  tasawuf dikategorikan sebagai salah satu dari ilmu syariah , yakni bersumber dari syariat al-qur’an dan hadis yang tidak melibatkan akal sebagai pemikiran yang berperan dalam ilmu ini. Meskipun sekarang muncul sebagai sebuah disiplin ilmu , namun, tasawuf tetap menjadi sebuah ilmu syariat yang telah dipraktikan sejak zaman nabi muhammad saw yang pada saat itu tasawuf masih berupa bentuk ibadah semata.
Dari aspek tujuan, pelajar sufi (al-murid) harus terus meningkatkan kualitas ibadah nya guna mencapai sebuah kemantapan tauhid dan makrifat.
Dari aspek pembahasan, tasawuf membicarakan empat pokok persoalan , yaitu :
            1.      Pembahasan tentang mujahadah , zauq, introspeksi diri (muhasabah al-nafs), dan tingkatan –               tingkatan spiritual.
            2.      Penyingkapan spiritual dan hakikat – hakikat alam ghaib
            3.      Keramat wali => Bagian kewalian
            4.      Istilah – istilah kaum sufi yang diungkap secara ‘mabuk’ yaitu terbuka secara gamblang.
Menurut beliau juga seperti yang diungkapkan di buku, ajaran – ajaran tasawuf banyak mendapat penolakan dari kaum sufi sendiri yakni kaum fukaha.  Namun penolakan ini juga tidak serta merta ditujukan kepada seluruh jenis ajaran tasawuf.

Kaum sufi lainnya , yaitu Al-Taftazani, kemudian mengungkapkan , ada 2 jenis pengajaran tasawuf , yaitu :
            1.      Tasawuf sunni .
             Yaitu ajaran yang memagari pengikut nya dengan al-qur’an dan hadis.
            2.      Tasawuf Falsafi
             Aliran yang cenderung kepada ungkapan – ungkapan ganjil (syathahat), memadukan antara                 dua visi berbeda yaitu visi mistis dan visi rasional, banyak menggunakan terminologi                           filosofis, dan dipengaruhi oleh banyak ajaran filsafat.

Dalam ke-Hierarki-an nya , seperti yang dikutip dari Buku Akhlak Tasawuf, ilmu tentang akhlak tasawuf ini juga berkaitan dengan disiplin ilmu lain, yakni ilmu kalam. Dapat dilihat dari segi kemiripan makna dalam ilmu pembelajarannya yang sama – sama mempelajari tentang ilmu ketauhidan ( Ilmu Ketuhanan) dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah SWT. melalui pengajaran dan penerapan sifat – sifat ketuhanan seperti yang dipelajari kaum sufi kebanyakan.

      B.    Tujuan Mempelajari Tasawuf
             Sebagai bagian dari sebuah disiplin ilmu pengetahuan , ilmu tasawuf juga tidak terlapas dari tujuan hidup manusia yakni untuk lebih mendekatkan diri kepada allah swt. kemudian dalam al-qur’an juga ditegaskan bahwa manusia di ciptakan dengan suatu tujuan tertentu yaitu , syahadah, ibadah, khalifah, dan hasanah. Hal ini juga diperkuat dengan adanya hadis mengenai al-islam, al-iman, dan al-ihsan yang menekankan manusia untuk dituntut tidak hanya menjalankan al-islam dan al-iman saja tetapi juga merealisasikan ilmu pengajaran al-ihsan sebagai hierarki yang paling tinggi.
            Dari paparan diatas, berdasarkan tasawuf, al-qur’an dan hadis menghendaki umat islam untuk memantapkan ketauhidan dan ibadah dalam kerangka al-ihsan dan menerapkan tugas nya sebagai khalifah di muka bumi.
            Menurut perumusan yang dilakukan kaum sufi, tujuan dari tasawuf adalah untuk mencapai puncak tingkatan dalam sufi yaitu mencapai kemantapan tauhid dan makrifat . kemudian perumusan para kaum sufi ini dikuatkan pada satu point utama yang dikuatkan yakni ke makrifat. Seperti yang disebutkan dalam al-quran Surat al-Zariyat ayat 51-56 bahwa jin dan manusia diciptakan untuk liya’budun  yang di artikan Ibnu Abbas sebagai liya’rifin (Makrifat kepada Allah).
            Secara keseluruhan dapat disimpulkan, berdasarkan dari jenis tasawuf itu apa, beberapa pendapat kaum sufi, dan penguatan berdasarkan al-qur’an dan hadis, di simpulkan bahwasanya tujuan utama daripada pengajaran ilmu akhlak tasawuf adalah untuk menciptakan dan memantapkan manusia kepada akhlak yang mulia dan semakin menjadi lebih dekat dengan allah dengan kemantapan tauhid yang kuat dan sikap – sikap terpuji yang mencerminkan perilaku pendekatan kepada allah swt dan meninggalkan kehidupan keduniawian yang bersifat kearah kebinatangan.

Dalam buku gerbang tasawuf karya Bp. Dr. Ja’far, M.A ini, ilmu akhlak tasawuf yang akan dipelajari mengedepankan tentang bagaimana pengajaran – pengajaran dari ilmu kaum sufi tentang tasawuf yang sebenar nya tasawuf sendiri ialah sebuah bentuk pengajaran ilmu sufi yang mengarahkan pengikut nya untuk mendekatkan diri kepada allah dan meninggalkan hal – hal keduniawian.

KESIMPULAN TIGA BUKU:
            Dari ketiga buku yang sudah saya baca secara sekilas, ketiganya memiliki kemiripan pembahasan tentang tasawuf, bagaiamana hierarki nya dan apa tujuan mempelajari ilmu Tasawuf yang dalam hal ini berkaitan dengan akhlak Tasawuf.
            Dari segi definisi mengenai Tasawuf, ketiga buku sama – sama membahas pendefinisian Tasawuf dari segi kata – kata yang didasari oleh sifat dan ciri – ciri yang dimiliki oleh kaum sufi.
            Secara Hierarki dan kedudukan nya dalam ilmu – ilmu islam, tasawuf berada pada tingkatan pembentukan akhlak dan karakter manusia untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, yang sama – sama dijelaskan pada ketiga buku.

            Tujuan daripada Ilmu Akhlak Tasawuf sudah dipastikan dalam penjabaran ketiga buku tersebut bahwasanya bertujuan untuk membentuk sikap dan akhlak sufisme dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah SWT. dengan kemantapan ilmu ketauhidan dan makrifat tuhan.

DAFTAR PUSTAKA
,Ja’far ,Gerbang Tasawuf (Dimensi Teoretis dan Praktis Ajaran Kaum Sufi),Perdana Publishing, 2016
Ahmad Bangun Nasution,Akhlak Tasawuf ( Pengenalan, Pemahaman dan Pengaplikasiannya),PT. RajaGrafindo Perkasa,2013
Syamsun Ni’am ,Tasawuf Studies (Pengantar Belajar Tasawuf), Ar-Ru