IDENTITAS
NIM
: 0705163068
Prodi/Sem.
: Fisika/II
Fakultas
: Sains dan
Teknologi
PerguruanTinggi
: Universitas
Islam Negeri Sumatera Utara
DosenPengampu
: Dr. Ja’far,
M.A
Matakuliah
: Akhlak
Tasawuf
TEMA
: Epistemologi
Tasawuf (Peran Hati dalam Tasawuf)
BUKU
1
: Gerbang
Tasawuf (Dimensi Teoritis dan Praktis Ajaran Kaum Sufi)
IdentitasBuku
: Ja’far, GerbangTasawuf (Medan: Perdana Publishing, 2016)
Sub 1 :Peran Hati
dalam Tasawuf
Didalam Al-Quran disebutkan beberapa istilah ataupun
nama lain dari “Hati”, yakni dengan kata “qalb” , “al-fu’ad”, dan “af’idah”.
Menurut Ahmad Mubarok (Gerbang Tasawuf:2016,34),
konsep tentang fungsi , potensi, kandungan dan kualitas hati juga tertuang
dalam Al-Qur’an Q.S Al-A’raf:179 yang menjelaskan tentang hati(qalb) berfungsi
sebagai “alat untuk memahami realitas dan nilai – nilai serta memutuskan suatu
tindakan”. Maka kemudian di tafsirkan bahwasanya hati(qalb) identik dengan
akal.
Menurut Ja’far(2016:35), di dalam Al-Qur’an dijelaskan
kandungan yang terdapat dalam hati manusia , yakni
1. Penyakit (Q.S. Ali Imran/3:151).
2. Getaran (Q.S. Al-Anfal/8:2).
3. Kedamaian (Q.S. Al-Fath/48:4).
4. Keberanian (QS. Ali Imran/3:126)
5. Cinta dan Kasih Sayang (QS.
Al-Hadid/57:27)
6. Iman (QS. Al-Hujurat/49:7)
7. Kedengkian (QS. Al-Hasyr/59:40)
8. Kesombongan (QS.Al-Fath/48:26)
Kemudian dijelaskan menurut pendapat mayoritas kaum
sufi bahwasanya akal manusia tidak mampu mencapai hakikat Allah SWT, dan
Al-Qur’an menjelaskan bahwa kelemahan akal bisa ditutupi dengan hati yang
damai(Ja’far:2016,35). Seperti yang disebutkan dalam Q.S Al-Syua’ara/26:89, “Kecuali
orang – orang yang menghadap Allah dengan hati yang damai”. dan Q.S
Al-Shaffat/37:84, “(Ingatlah) ketika ia datang kepada Tuhannya dengan hati
yang damai”. Jadi, dapat disimpulkan bahwasanya hati yang damai (bi Qalb
Salim) mampu datang dan menghadap kepada Allah SWT.
Berdasarkan isi buku Gerbang Tasawuf karangan Dr.
Ja’far, MA , pendapat dari salah satu kaum sufi yakni Al-Ghazali menjabarkan
tentang hati yang digunakan sebagai sarana untuk menggali dan menemukan ilmu
lebih dalam lagi, dengan hati mampu meraih ilmu tentang-dan menyaksikan wujud –
wujud spiritual, hal – hal yang memiliki sifat rabaniyah dan hikmah , serta
meraih ilmu mengenai banyak hal tanpa melalui proses belajar dan usaha,
melainkan dengan ketekunan ibadah dan zuhud terhadap dunia.
Kesemua hal tentang meraih ilmu dengan hati seperti
yang diungkapkan diatas, menurut Al-Ghazali, proses – proses tersebut
terlaksana berkat kemampuan hati yang mampu meraih ilmu – ilmu tersebut melalui
dalil yang disebut Ilham yang muncul pada hati yang suci
(Ja’far:2016,38).
Kesimpulan
Dari
penjelasan tentang hati diatas, dapat saya simpulkan bahwasanya dalam proses
ilmu tentang tasawuf yang berfokus pada penyucian jiwa manusia, hati sangatlah
berperan penting dalam mendukung proses penyucian jiwa manusia. Hal ini
berdasarkan dari kuatnya dorongan dari hati dan pengaruh hati yang sangat besar
terhadap sikap dan kemauan manusia untuk dapat berfokus pada penyucian jiwa dan
keseluruhan nya untuk dapat mencapai tingkatan tasawuf kaum sufi kepada level
tertinggi yaitu dapat menerima ilham dari Allah SWT dengan proses pendekatan
diri manusia kepada Allah SWT. sang maha kuasa.
BUKU 2
: Tasawuf
Studies (Pengantar Belajar Tasawuf)
IdentitasBuku
: Ni’am
Syamsun,Tasawuf
Studies(Yogyakarta:Ar-Ruzz
Media, 2014)
Sub 1 : Ruang Lingkup Kajian Tasawuf(Objek Kajian Tasawuf)
Dalam buku Tasawuf Studies, peranan dan penjelasan
tentang hati dalam ilmu tasawuf dijabarkan dalam BAB V dan dikategorikan
sebagai objek kajian tasawuf. Objek – objek kajian tasawuf yang tertuang dalam
buku ini ialah, Ar-Ruh, An-Nafs, al-Qalbu(hati), ash-shadr, al-fu’ad, dan
al-lubb(Ni’am Syamsun,Tasawuf Studies:2014,88).
Menurut Ni’am(2014:76) Hati adalah gejala dari ruh, Ia
mempunyai dua kekuatan , yaitu kekuatan nafsu amarah dan kekuatan nafsu
muthmainnah. Nafsu amarah mendorong manusia untuk berbuat jahat, dan nafsu
muthmainnah mendorong manusia untuk berbuat kebaikan(membawa kepada
kesempurnaan jiwa).
Seorang tokoh sufi Khurasan, Al-Hakim
at-Tarmidzi(255-320 H.), menjelaskan bahwa objek dan sasaran kajian Tasawuf
terdiri dari empat tingkatan, yaitu:
1. Ash-Shadr
Berfungsi sebagai sumber dari cahaya islam (Nur
al-Islam), yaitu sikap ketundukan yang diekspresikan dalam bentuk fisik,
seperti shalat, puasa, haji dan sebagainya. Ash-shadr adalah tempat penyimpanan
ilmu yang menjadikan orang mampu dan mau mengerjakan aturan syariat. Diperoleh
melalui mendengarkan berbagai nasihat dan membaca.
2. Al-qalb dalam Ash-Shadr
Sumber dari cahaya keimanan (nur al-Iman). Cahaya
keimanan ini bersifat konstan, tidak secara perlahan – lahan atau berangsur –
angsur. Berfungsi sebagai sumber ilmu yang bermanfaat. Ilmu yang bersumber dari
Al-Qalb ini lebih tinggi kualitasnya daripada ilmu yang diperoleh dari
Ash-shadr karena ilmu tersebut diberikan langsung dari Allah Swt.
3. Al-Fu’ad dalam Al-qalb
Sumber dari cahaya Makrifat. Cahaya dalam al-fuad
berbeda dengan yang dimiliki dalam al-qalb, sebab cahaya dalam al-qalb hanya
mampu menimbulkan ilmu tentang hakikat, sedangkan cahaya fu’ad mampu melihat
realitas dari hakikat. Maka al-fuad berfungsi untuk mengetahui realitas
4. Al-Lubb dalam al-fu’ad
Sumber dari cahaya tauhid yang merupakan basis dari
ketiga cahaya sebelumnya. Cahaya tauhid inilah yang menerima rahmat dari Allah
Swt
(Ni’am Syamsun:2016,76-77).
Kesimpulan
Dari hasil
keterangan dan penjabaran – penjabaran yang telah dijelaskan diatas, maka dapat
saya ambil maknanya yaitu, didalam sebuah hati terdapat beberapa bagian –
bagian terpenting yang sangat berperan dalam kehidupan manusia terkhusus pada
proses penyerapan berbagai macam ilmu dalam tujuan nya untuk lebih mendekatkan
diri kepada Allah Swt. sang pencipta dan penguasa alam semesta.
Dalam pembahasan menuju penyucian jiwa ilmu tasawuf, bagian – bagian yang
terdapat dalam hati manusia sangat lah berperan penting dalam faktor yang
sangat mempengaruhi proses manusia menuju tasawuf untuk menyucikan jiwa dari
hal – hal yang bersifat kebinatangan.
PERBANDINGAN :
Dalam buku gerbang tasawuf
karya Bp. Dr. Ja’far, M.A, penjelasan tentang peran hati dalam ilmu tasawuf
mengambil sumber dari Al-Qur’an dan berfokus pada pendapat salah satu kaum Sufi
Al-Ghazali yang menekankan pembahasan mengenai peran hati pada manusia dalam
kaitannya kepada proses pemahaman ilmu yang apabila memiliki hati yang damai
dan suci dapat menyerap ilmu tanpa perlu melalui proses belajar dan usaha.
Dengan catatan ilham akan didapatkan hanya oleh seorang yang benar – benar suci
dan damai hatinya menurut kesucian dan kedamaian yang dituangkan dalam Al-Qur’an.
Dalam buku Tasawuf
Studies karangan Bp. Dr. H. Syamsun Ni’am, berfokus
pada penjabaran bagian – bagian dalam hati yang sangat berperan dalam proses
manusia mempelajari ilmu – ilmu khususnya tasawuf untuk tujuan pendekatan diri
kepada Allah Swt. yang bersumber dari pendapat salah seorang kaum sufi lainnya
dari suku Khurasan Al-Hakim at-Tarmidzi.
DAFTAR
PUSTAKA
Ja’far, GerbangTasawuf (Medan: Perdana Publishing, 2016)
Ni’am
Syamsun,Tasawuf
Studies(Yogyakarta:Ar-Ruzz
Media, 2014)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar